Laman

Friday, 14 February 2020

Menjual Kenangan Masa Lalu Lewat Film Toko Barang Mantan

Seperti yang saya ceritakan di caption Instagram beberapa waktu lalu, saat pertama kali saya melihat judul dan trailer Film Toko Barang Mantan di Youtube, saya langsung teringat dengan salah satu barang, dompet merah yang saya punya, yang dulunya pemberian seseorang, yang sekarang sudah jadi mantan. Dan sekarang entah dompet dan orangnya itu sudah kemana. Hahaha


Saya suka banget sama dompet itu, lipatanya dua dengan warna merah yang menjadi favorit. Dompet itu bertahun-tahun saya pakai terus walau sudah putus sama si mantan. Sempat diledekin sama temen-temen kala itu, katanya saya belum bisa move on, karena barang pemberian mantan masih dipakai terus menerus, dan menuduh saya masih mengharap untuk balikan, hehe. Saya cuma tersenyum saja, sambil memikirkan sesuatu.

Terus bertanya ke diri sendiri, memangnya kalau sudah putus, barang-barang dari mantan harus disingkirkan juga, ya? Buat saya sih, selama barang itu bermanfaat, masih bisa digunakan, dan nggak punya memori jelek, barang-barang itu berhak untuk tetap digunakan. Dan menurutku ini salah satu cara kita menghargai sebuah barang pemberian seseorang, terlepas itu barang dari mantan. Barang-barang itu nggak berdosa, mengapa kita harus ikut membencinya? 

Ya itu sih pendapat saya soal barang-barang dari mantan. Sayang banget kan kalau harus dibuang hanya karena kita benci dengan seseorang karena sudah menyakiti perasaan kita. Kecuali kalau histori nya benar-benar buruk.Ya nggak apa-apa deh dibuang, apalagi kalau sampai membuat trauma.

Film Toko Barang Mantan

Nah, balik deh ngomongin Film Toko Barang Mantan yang bakal tayang tanggal 20 Februari 2020 mendatang di seluruh bioskop tanah air Indonesia tercinta. Kemarin, (11/02) saya beruntung bisa nonton lebih dulu filmnya di press screening bareng media dan blogger di XXI Epicentrum, Kuningan Jakarta bersama cast, produser, sutradara (Viva Westi), penulis (Titin Wattimena) dan pendukungnya yang lainnya.


Film yang diperankan oleh Reza Rahardian dan Marsha Timoty ini merupakan film pertama mereka menjadi pasangan. Akting keduanya sih sudah nggak diragukan lagi, ya, dua-duanya artis jempolan dalam memerankan seseorang di film. Mereka berdua totalitas banget. Dan baru kali ini saya mau nonton film yang diperankan Reza. Karena biasanya nggak pernah nonton (bosan dia mulu yang main-piss). 
Saya suka bukan karena nonton duluan, tapi secara pribadi saya benaran suka peran dia sebagai Tristan di Film Toko Barang Mantan, dengan rambutnya yang panjang, menjadi cowok cuek nggak percaya cinta tapi susah move on sama mantannya. Cowok-cowok kayak gini nih yang membuat hati wanita tercabik-cabik karena penasaran dengan perasaan Tristan.


Jadi gini, sedikit sinopsis dari Film Toko Barang Mantan, Tristan ini dulunya bisa dibilang cowok playboy, alias banyak pacaranya. Gonta ganti terus semaunya dia. Namun dia benar-benar berubah setelah bertemu Laras (Marsha Timothy). Dia terpikat dan ingin rasanya Laras itu menjadi pasangannya terus. Tapi karena Laras bingung dan nggak tau mau dibawa kemana hubungan mereka, karena Tristannya nggak pernah mengungkapkan cinta-nya ke Laras, akhirnya mereka pisah. 

Pisah ini seperti menggantung, karena dua-duanya masih terikat perasaan, terutama si Tristan yang sulit untuk melupakan Laras. Yang pada akhirnya dia terinspirasi untuk membuka Toko Barang Mantan. Sebagai wadah bagi para bucin yang susah move on dan ingin 'melenyapkan' masa lalu dengan membuang barang-barang pemberian mantan.


Tapi, ide dari Toko Barang Mantan ini unik. Barang-barang yang diperjual belikan di toko ini nggak sekedar barang biasa, pemilik toko Tristan yang dibantu dua asistennya Amel (Dea Panendra) dan Rio (Iedil Putra) inginnya barang-barang tersebut punya cerita sejarah setiap pasangan yang putus yang layak untuk dibagi ke pengunjung toko.

Film bergenre drama komedi ini menurut saya ringan dan simple, nggak banyak konflik, tapi seriosly saya nggak suka dengan peran Laras yang nggak punya integritas sama sekali. Tagline film ini sendiri Cewek Butuh Kepastian, karena memang diceritakan, bahwa si Laras masih mencoba mencari kepastian dari si Tristan tentang perasaannya. Padahal si Laras sendiri sudah mau menikah dan sudah mengirimkan undangan dengan datang ke Toko Barang Mantan.


Tapi, disinilah letak salahnya.
Kalau sudah putus, sudah mau menikah, seharusnya memang kita nggak perlu lagi menghubungi dan mengunjungi mantan, apalagi jika kita masih menyimpan perasaan ke dia. Ditambah jika pertemuan itu terlalu sering, seperti Laras yang jadi sering ke Toko Barang Mantan. Udah itu fatal banget sih.

Dan mungkin cuma saya yang nggak setuju dengan ending di Film Toko Barang Mantan ini. Saya malah berpikir, mengapa Tristan harus jatuh cinta kepada orang seperti Laras? Hahaha, nggak tau deh, saya beneran kesal dengan sikap Laras. 

Tapi overall, film Toko Barang Mantan ini bagus untuk ditonton di bulan Februari yang penuh dengan gelombang cinta. Setting Toko Barang Mantan juga keren, kalau benaran ada, mungkin saya mau berkunjung ke situ. Dan cocok buat para mantan yang susah sekali untuk melupakan masa lalu. Film ini tuh seperti memberi tahu juga, mantan itu nggak selamanya memberi pengalaman buruk kok, tergantung bagaimana kita mau menyikapinya dengan hal-hal positif. Seperti Tristan contohnya, saking banyaknya mantan, akhirnya dia membuka usaha yang masih berhubungan dengan mantan dan menghasilkan.



Tapi satu kesimpulan yang bisa saya tarik. Kalau kamu masih menyimpan perasaan yang begitu dalam kepada mantan, jangan pernah undang atau datang ke pernikahan mantan. Kalau nggak mau kejadian seperti Laras dan Tristan atau pernikahan Dheni dan Fitri di film Temen Kondangan. Haha

Saya cukup surprise sih, karena dua film produksi MNC Picture ini masih saling berhubungan. Sama-sama ngomongin mantan. Buat yang mau tau seperti apa hubungannya, silahkan nonton sendiri nanti di bioskop kesayangan. Atau punya barang-barang peninggalan mantan? Sepertinya bisa juga dijualin biar bisa lebih bermanfaat.

Sebelum nonton liat aja trailernya Film Toko Barang Mantan.

 

2 comments:

Terima Kasih - @melfeyadin