Bulan Ramadan tahun ini saya hampir jarang banget buka puasa
di rumah/kosan, di awal-awal puasa, saya mudik ke Lampung dan beberapa hari
kemudian saya selalu mendapat undangan acara atau event untuk buka bersama
(bukber) sembari melakukan beberapa pekerjaan. Di Lampung menu sahur dan buka
nya menyesuaikan apa yang dimasak oleh Ibu, karena seperti itulah jika pulang
kampung, saya tinggal makan tanpa perlu repot-repot memasak, dimanja untuk
beberapa hari. Setelah balik lagi ke Bogor, saya kembali menjadi anak kos,
masak sendiri atau seringnya sehari-hari (jika bukan di bulan Ramadan) saya beli
makan di rumah makan Sunda yang ada di depan kosan, yang menu-nya dihidangkan
dengan cara prasmanan, macam kalau kita sarapan di hotel. Cara seperti ini
menurutku lebih asik, karena kita bisa menyesuaikan
selera dan porsi makanan yang kita makan.
Namun, di bulan Ramadan ini saya berusaha untuk nggak beli
di makanan di luar, kebetulan rumah makan Sunda langganan saya nggak jualan, dan
jika lagi di kosan saya usahakan untuk masa sendiri dengan menu-menu sederhana.
Banyak sih pilihan untuk beli makanan, tapi saya lagi menjaga kebersihan
makanan yang akan saya konsumsi. Apalagi menilik cara beberapa penjual
menjajakan dagangan mereka di pinggir jalan, goreng-gorengan yang terbuka kena
debu. Bahan-bahannya juga saya nggak tau apakah diproses secara higienis atau
nggak. Sop/es buah nya pun apakah dicuci
terlebih dahulu, atau apakah menggunakan gula yang nggak berlebihan, es batunya
juga pakai air matang atau tidak. Wah, memikirkan itu, saya langsung bergidik.
Jadi untuk amannya, walau nggak jago-jago banget masak, saya
memilih masak sendiri dengan resep sederhana yang saya bisa, untuk sahur maupun
berbuka.
Menu buffet by pexels |
Dan biasanya kita akan kalap jika di waktu berbuka, semuanya
rasanya ingin dimakan, alias laper mata. Tapi Alhamdulillah saya bisa menahan
diri, karena sejak dulu saya sudah membiasakan untuk nggak mau berlebihan dalam
menyediakan makanan di rumah. Saya berprinsip, apa yang ada aja saya makan,
yang tersedia di lemari es yang sudah saya stok untuk beberapa hari di kosan.
Yah kecuali kalau lagi benar-benar menginginkan sesuatu.
Seperti hari ini, saya lagi pengen banget makan Alpukat,
tapi nggak mau di jus seperti biasa, maunya yang sedikit beda yang dikreasikan
dengan selai atau apa gitu. Karena kemarin melihat menu di salah satu akun
Instagram yang membuat Menu Buka Puasa
Skippy. Yah kebetulan ada SkippyPeanut Butter
alias selai kacang yang rasanya unik banget. Biasanya selai kacang buat olesan
roti tawar, tapi ini coba-coba saya mengikuti resep dijadikan toping Alpukat.
Tekstur selai kacang Skippy ini lembut dan halus banget yang
kalau dijadikan toping Alpukat matang yang juga lembut, jadi rasanya fantastis.
Bener-bener beda, alpukat yang manis ditambah Skippy Peanut Butter yang gurih.
Perpaduannya membuat buka puasa saya hari ini terasa aneh tapi luar biasa. Hehehe.
Cara membuatnya gampang banget, Alpukat matang tinggal dibelah
dua, lalu taruh selai kacang Skippy di lekukan bekas bijinya. Lalu diaduk-aduk
langsung tanpa dikeluarkan atau dipindahkan dari kulitnya.
Well, saya tau banget, manfaat dan kandungan nutrisi dari
kacang maupun buah alpukat ini bagus banget untuk tubuh. Dari informasi yang saya
baca di artikel-artikel, Selai Kacang ternyata mampu membantu mempertahankan kolesterol
pada tingkat yang sehat, karena secara kebetulan, saya punya riwayat kolesterol
tinggi.
Selai Kacang juga dapat mengurangi resiko masalah jantung,
menurunkan resiko kanker. Selai kacang ternyata bisa membantu diet sehat,
karena bisa membuat kita lebih kenyang dan menekan rasa lapar. Harusnya selai
kacang ini dikonsumsi untuk sahur ya? Hehehe, tapi nggak apa-apa itu berarti
ketika berbuka, saya bisa menahan kalap lihat makanan yang lain. Hahaha.
Dan lagi, selai kacang berpadu dengan alpukat, menjadi
makanan sehat yang kaya gizi, keduanya punya manfaat yang hampir sama untuk
kesehatan. So, pilihan buka puasa dengan Skippy peanut butter nggak salah kan? Asal
nggak berlebihan, karena menurut informasi, takaran yang pas selai kacang yang
kita konsumsi setiap harinya tidak boleh lebih dari 2 sendok.
No comments:
Post a Comment
Terima Kasih - @melfeyadin