Laman

Friday, 11 January 2019

Pertama Kali Belajar Mengendarai Motor


Ingat banget waktu dulu pertama kali belajar mengendarai motor sekitar tahun 2007. Diajarin sama dua orang teman di kampung saat lagi mudik lebaran, jadi cuma sebentar saja. Dan saya mungkin orang yang paling telat buat belajar motor di antara teman-teman saya yang lainnya, yang sudah bisa sejak masih remaja. Bukan nggak mau belajar sih, tapi memang saat itu nggak punya motor, dan nggak ada pula yang bisa dipinjemin motornya. Kalaun pun bisa dipinjam, saya nggak berani berlama-lama karena takut motornya kenapa-kenapa, misal terjadi kecelakaan karena bawa motornya belum lancar. Bakal repot nantinya kalau harus mengganti biaya perbaikan motor yang rusak, apalagi dengan kondisi keuangan atau ekonomi saya saat itu. Yang jangankan untuk mengganti motor, untuk biaya kehidupan sehari-hari saja lumayan sulit. Jadi dari pada terjadi hal yang nggak diinginkan, keinginan untuk bisa bawa motor itu ditunda sampai suatu saat saya bisa beli motor sendiri.

Lalu sekitar tahun 2010, saya belajar lagi, kali itu saya dilatih oleh satu orang teman yang dulu sempat naksir saya (ciee musti banget dibahas yak..hihi). Yup, ini aji mumpung banget. Mumpung si teman ini mau ngajarin, saya manfaatin buat belajar bawa motor lagi. Tapi ya itu, lagi-lagi belajarnya cuma sebentar. Karena nggak diterusin, akhirnya semuanya lupa bagaimana tips and tricknya cara mengendarai motor yang baik dan benar itu seperti apa.

Hingga di tahun 2014, saya ditawarin bos untuk beli motor sendiri, karena memikirkan saat itu biaya untuk menggunakan transportasi umum ke kantor yang lumayan mahal setiap harinya. Jika dihitung, setiap hari saya bisa menghabiskan untuk ongkos transportasi saja sebesar Rp. 25 ribu di luar budget untuk makan siang, yang kadang-kadang harus bekal dari rumah untuk pengiritan. Dan bandingkan jika bawa kendaraan sendiri, saya cukup mengeluarkan biaya kurang lebih Rp. 30 ribu saja untuk biaya pembelian BBM yang cukup untuk pulang pergi rumah-kantor selama seminggu.

Padahal kala itu saya masih sama sekali nggak lancar untuk bawa motor. Tapi dengan pertimbangan pengeluaran yang semakin membengkak untuk keperluan lainnya, akhirnya diputuskan untuk beli motor dengan cara kredit langsung ke si bos. Yang jika dihitung-hitung memang lebih irit jika bawa kendaraan sendiri. Jadi saya tidak menggunakan cara kredit dengan system leasing. Saya menyicilnya langsung ke bos di tempat saya bekerja, sistemnya setiap bulan potong gaji, ini juga meminimalisir agar saya nggak menunggak pembayaran atau cicilan motor setiap bulannya.

Cara itu buat saya cukup ringan, apalagi bos juga meringankan biaya angsuran setiap bulannya. Karena memikirkan gaji bulanan saya yang nggak besar atau di luar UMR saat itu. Alhamdulillah bos saya baik,
walaupun motor baru lunas setelah 4 tahun. Hehe.

Dan saya baru melanjutkan belajar mengendarai motor itu setelah motor dibeli dan diantarkan ke rumah. Tapi syukurnya karena motor yang saya beli itu motor matic, jadi belajar untuk adaptasi dan menyimbangkan badan di jalanan lumayan cepat. Walau sempat deg-degan, tapi Alhamdulillah sampai saat ini saya belum pernah jatuh dari motor atau mengalami kecelakaan. Dan semoga jangan pernah. Aamiin.

Belajar Mengatur Keuangan Setelah Punya Motor

Kalau berbicara uang memang urusannya jadi sedikit harus memutar otak, terutama cara mengaturnya. Bagaimana supaya uang yang sedikit itu cukup untuk keperluan sehari-hari selama sebulan sampai gajian tiba, apalagi dengan adanya cicilan, yang secara otomatis uang didapat itu akan berkurang masuk tabungan. Terus terang, di awal-awal saya beli motor, selama kurang lebih 2 bulan saya masih belum lancar membawanya, jadi masih takut untuk dibawa ke jalanan apalagi sampai harus ke kantor yang rutenya lumayan jauh. Karena belajarnya hanya di saat weekend dan nggak ada yang melatih juga.

Yang akhirnya membuat pengaturan keuangan saya menjadi sedikit kacau, gaji berkurang karena cicilan, tapi biaya pengeluaran tetap untuk transportasi dan makan.

Lumayan bikin pusing dan lelah, jadi saya mulai nyari kerjaan tambahan, apapun, untuk menambah pemasukan. Kalau saat itu sudah ada Gojek, mungkin saya sudah mendaftar dan menjadi driver gojek hehe. Karena pendapatan ojek online ini ternyata cukup menggiurkan.

Well, hidup ini memang proses, kadang di bawah kadang di atas, dan semuanya harus kita lalui. Tapi saya berpikir, kehidupan saya itu sebenarnya masih enak dibandingkan orang-orang di luaran sana yang harus berpanas-panasan di jalanan untuk mengamen, memulung sampah untuk memenuhi kebutuhan biaya hidup sehari-hari atau seperti penjual asongan di lampu merah, terminal untuk menjajakan dagangannya. Atau mereka-mereka yang membagikan brosur kredit multiguna atau pinjaman dengan syarat dan ketentuan yang berlaku, seperti gadai BPKB mobil atau motor atau barang berharga yang kita
punya. Mereka yang terus berusaha tanpa lelah, walau mungkin saja itu bukan pekerjaan yang mereka inginkan.

Eh, tapi ngomongin soal kredit multiguna ini, yang saat ini kian menjamur dan merambah digital. Yang promosinya nggak lagi melalui brosur kertas, tapi sudah lewat iklan-iklan di sosial media internet yang
kita gunakan. Yang membuat orang-orang semakin banyak pilihan untuk mencari produk kredit multiguna yang tepat dan aman. Setidaknya, kita bisa membandingkan mana saja produk kredit
pinjaman yang memberikan penawaran yang cocok dan sesuai kebutuhan kita, yang nggak menjebak atau mencekik peminjam dengan suku bunga yang tinggi.

Saya bersyukur walaupun telat, punya motor itu nggak hanya membuat saya bisa belajar mengatur keuangan, tapi juga bisa melihat kehidupan dan karakter orang-orang di jalanan yang setiap hari saya lalui.

5 comments:

  1. Wah sekarang udah bisa mengendarai motor sendiri ya

    ReplyDelete
  2. Enak ya punya motor sendiri hehe :D

    ReplyDelete
  3. Seneng banget ya kalau bisa mengendarai motor sendiri :D

    ReplyDelete
  4. Pingin juga belajar motor, tapi masih belum kesampaian

    ReplyDelete

Terima Kasih - @melfeyadin