Laman

Sunday, 2 September 2018

Embun Es Menjadi Pesona di Dieng Culture Festival


Dieng menjadi salah satu destinasi favorite semua orang saat ini, sebuah daerah dengan objek wisata yang terkenal dengan julukan Negeri di Atas Awan. Bukan tanpa alasan orang-orang menyematkan nama itu, karena Dieng memang memiliki keindahan yang akan membuat semua mata pengunjung yang datang ke sana terpesona dengan segala keunikan yang. Pemandangannya yang bak negeri di atas awan dan juga seni budaya yang begitu kaya.
Di bulan Agustus kemarin, Dieng baru saja menggelar event Dieng Culture Festival, penyelenggarannya dilaksanakan selama 2 hari, yang dimulai dari tanggal 4-5 Agustus 2018 untuk acara intinya, namun rangkaian acaranya sendiri sudah digelar sejak hari Jumat (3/8). Selama event tersebut banyak sekali cerita-cerita unik yang terjadi selama acara festival berlangsung. Banyak agenda seni dan budaya yang disuguhkan kepada pengunjung. Pada tahun ini, Dieng Culture Festival mengangkat tema “The Beauty of Culture”. Pengunjung bisa menyaksikan seluruh


Dan ada yang berbeda pada perhelatan Dieng Culture Festival tahun ini, karena panitia memunculkan agenda baru untuk menyemarakkan acara festival, yakni Aksi Dieng Bersih, sebuah aksi yang mengajak seluruh masyarakat, mulai dari pelajar juga tamu-tamu atau pengunjung yang datang dalam festival untuk ikut memungut dan membersihkan objek wisata. Yang berhasil memungut sampah paling banyak nantinya akan diberikan apresiasi atau hadiah oleh panitia penyelenggara.


Dari linimasa sosial media saya mendapatkan cerita-cerita unik lainnya. Selain Aksi Dieng Bersih, yang menjadi pertanda dimulainya acara Dieng Culture Festival, ada juga Festival Domba. Domba-Domba yang ada di dataran tinggi Dieng itu berbeda dengan Domba pada umumnya. Karena bulu-bulunya lebih tebal. Festival Domba dalam Dieng Culture Festival ini sebagai upaya pemda setempat untuk merintis desa wisata lainnya, sehingga bisa mengangkat agrowisata Domba.

Dalam event ini juga diadakan Festival Tumpeng yang melibatkan sedikitnya 50 tumpeng yang dibuat oleh warga lokal. Tumpeng-tumpeng ini nantinya akan dikirab mengelilig desa dan disantap bersama-sama dengan para pengunjung Dieng Culture Festival, hal ini dilakukan sebagai wujud syukur warga.


Tumpeng ini juga merupakan syarat dalam ruwatan potong rambul gimbal, yang menjadi inti atau puncak acara dari perayaan acara Dieng Culture Festival setiap tahunnya, pada tahun ini upacara ini dilaksanakan pada hari Minggu (5/8), hari terakhir Dieng Culture Festival. Dalam tradisi pemotongan rambut gimbal ini ada sekitar 12 anak yang akan mengikuti upacara, yang dilaksanakan di kawasan wisata Candi Arjuna, Desa Dieng Kulon. Sebelum ruwatan biasanya anak-anak yang akan mengikuti ritual pemotongan rambut ini memiliki permintaan khusus kepada orang tuanya, dan permintaan ini harus dipenuhi karena merupakan tradisi atau syarat upacara. Permintaan anak-anak ini beragam, ada yang hanya minta dibuatkan kue bolu hingga dibelikan smartphone. Dan jika tidak dituruti, konon anak-anak ini akan sakit dan rambut gimbal mereka akan terus tumbuh. Anak-anak gimbal ini istimewa dan misterius, karena tumbuhnya secara alami, meski orang tua mereka tak punya keturunan rambut gimbal. Sehingga, untuk mendapatkan rambut normal, mereka boleh mengikuti upacara atau ruwatan pemotongan rambut.


Jika pada hari pertama Jumat (3/8) Dieng Culture Festival sudah digelar Aksi Dieng Bersih dan juga festival-festival pendukung lainnya untuk memeriahkan acara. Di hari kedua, Sabtu (4/8) itu digelar pertunjukkan musik Jazz Atas Awan, yang menjadi suguhan paling ditunggu-tunggu oleh pengunjung. Di ketinggian Dieng, masyarakat bisa menikmati musik Jazz yang tak biasa. Karena tahun ini, ada fenomena unik yang terjadi. Pada saat pesta musik berlangsung, yang menampilkan musisi-musisi Jazz tanah air, di antaranya Gugun Blues Shelter, masyarakat yang hadir di Dieng Culture Festival malam itu dibuat kedinginan oleh munculnya embus es yang menyelimuti tanah Dieng. Tanpa itu saja, suhu udara di Dieng sangat dingin. Apalagi dengan munculnya embun es. Suhu malam itu menurut kawan-kawan yang sempat hadir mencapai minus 3 derajat. Namun, dinginnya udara malam itu dihangatkan oleh semangat para musisi untuk memberikan penampilan musik terbaik mereka.


Munculya embun es ini menjadi pesona tersendiri para perhelatan Dieng Culture Festival, banyak warga yang datang ke Dieng hanya untuk melihat butiran-butiran embun es yang masih melekat di tanah dan dedaunan. Kemunculan embun es ini juga menambah ketertarikan orang-orang untuk lebih mengenal keberagaman seni dan budaya yang ada di Dieng. Karena Dieng Culture ini merupakan festival tahunan yang masuk dalam top 100 Calendar of Event Kementrian Pariwisata Indonesia.

No comments:

Post a Comment

Terima Kasih - @melfeyadin