Teman-teman yang lahir di tahun 80an atau awal 90an pasti punya cerita sendiri terkait Tragedi tahun 1998 yang lalu. Setiap kali saya mendengarkan cerita-cerita mereka yang mengalami dan merasakan langsung peristiwa tersebut, saya selalu merinding, ikut sedih dan gemes sendiri. Indonesia yang kita rasakan sekarang, perubahannya pun berawal dari tahun itu. Peristiwa sejarah yang tak kan pernah bisa dilupakan.
Awal Oktober kemarin saya jalan-jalan ke Monumen Nasional (Monas) bareng Ibu pas beliau baru datang dari Lampung, saat masuk ke dalamnya yang terdapat banyak diorama sejarah-sejarah Indonesia terdahulu, saya melihat segerombolan atau rombongan anak-anak Sekolah Menengah berseragam putih biru, yang kemungkinan sedang study tour. Dan secara tiba-tiba saja saya tercekat, bengong melihat mereka. Tiba-tiba saya seperti merasa sedih, langsung teringat jaman saya masih SMP yang gagal ke Monas karena suasana Jakarta yang belum stabil akibat masih banyaknya kerusuhan sejak lengsernya kepemimpinan Presiden saat itu, Pak Soeharto. Dan yang bikin sejarah saat itu terus melekat di ingatan saya adalah, Presiden Soeharto mengundurkan diri tepat di hari ulang tahun saya 21 Mei 1998.
Nggak cuma Jakarta yang terkena dampak dari rusuhnya kejadian 98, tapi daerah-daerah lain ikut merasakannya juga. Yang paling terasa memang kenaikan semua harga barang, 98 itu saya baru mau masuk SMP, biaya-biaya yang diperlukan sudah dipersiapkan, namun karena Jakarta rusuh semuanya menjadi naik dua kali lipat. Sempat Ibu saya kewalahan mencari tambahan uang. Untungnya pihak sekolah mengerti dan meringankan semua biaya masuk siswa baru dengan cara dicicil.
Menjelang kenaikan kelas dua, sekolah sudah menjadwalkan semua siswanya untuk melaksanakan study tour ke Jakarta, mengunjungi tempat-tempat wisata sejarah. Namun ya itu tadi, ternyata Jakarta belum benar-benar puas berunjuk rasa. Masih ada saja kerusuhan di mana-mana. Padahal kami sudah sampai Jakarta saat itu, tapi dapat kabar jika sekitar Monas tidak bisa didatangi.
Yang paling sedih adalah ketika kita banyak mendengar kabar di media tentang kejadian yang tidak kita inginkan, banyaknya toko-toko yang dijarah, perempuan-perempuan keturunan Tionghoa yang diperkosa, juga penculikan, pembunuhan yang tidak pandang bulu.Tragedi 98 itu membekas di setiap ingatan masyarakat Indonesia. Sedih dan semoga negara kita ini, Indonesia tetap damai, kejadian seperti itu nggak terulang kembali.
Tangal 15 Oktober 2016 lalu, bertempat di Kantor Komnas Ham di daerah Menteng, Jakarta, saya menghadiri ulang tahunnya Komnas Perempuan yang ke-18 tahun. Awalnya saya nggak tahu apa-apa tentang Komnas ini. Ketika ditanya host, apa yang saya ketahui dari Komnas Perempuan? Saya menjawabnya Komnas ini menangani tindak kekerasan terhadap perempuan khususnya di dalam rumah tangga. Nggak salah sih sebenarnya, cuma ternyata jawaban saya kurang lengkap.
Dari cerita Ibu Yuniyanthi Chuzaifah (Wakil Ketua) Komnas Perempuan ini lahir dari tuntutuan masyarakat sipil, terutama kaum perempuan kepada negara. Hal ini untuk mewujudkan tanggung jawab negara dalam menanggapi serta menangani masalah atau persoalan kekerasan terhadap perempuan.
Tuntutan ini berawal dari tragedi 1998, dimana peristiwa tersebut memunculkan trauma akibat dari kekerasan seksual yang dialami perempuan, terutama perempuan etnis Tionghoa dalam kerusuhan Mei 98 di berbagai kota di Indonesia. Dalam sesi temu blogger tanggal 15 Oktober kemarin, teman-teman lain banyak juga menceritakan kisah sedih dari tragedi itu.
Selama pertemuan kemarin, Ibu Yuni juga banyak menceritakan sejarah-sejarah lain, dari lahirnya Komnas Perempuan ini, ada banyak cerita yang sebelumnya saya tidak tahu, semisal peristiwa Talang Sari tahun 65 silam. Dari kejadian-kejadian itu Komnas ini memang diperlukan, perempuan sebagai objek yang mudah mendapatkan perlakuan tidak adil harus dapat perlindungan negara.
Selain ngobrolin banyak hal tentang sejarah-sejarah tragedi 98, kita juga diajak keliling office tour Komnas Perempuan. Dari awal mula berdirinya Komnas Perempuan yang menggunakan ruangan sempit, sampai bisa punya Ruang Persahabatan sendiri yang bisa digunakan masyarakat untuk jika memerlukan tempat. Penggunaan tempat ini gratis, namun sebelum menggunakannya harus ada ijin terlebih dahulu.
Kemarin juga diajak untuk melihat lukisan-lukisan yang terdapat di gedung Komnas Perempuan, lukisan-lukisan itu menggambarkan perasaan keluarga korban dari setiap tragedi yang terjadi.
Dan di sini Komnas Perempuan berperan sebagai resource center tentang hak asasi perempuan sebagai HAM dan kekerasan terhadap perempuan yang dianggap sebagai pelanggaran Ham. Juga sebagai negosiator dan mediator antara pemerintah dan komunitas korban dan komunitas pejuang hak asasi perempuan. Sebagai inisiator perubahan, merumuskan kebijakan untuk melindungi korban kekerasan. Sebagai pemantau dan pelapor juga dan perumus rekomendasi publik tentang pelanggaran HAM berbasis gender. dan terakhir Komnas Perempuan menjadi fasilitator pengembangan dan penguatan jaringan di tingkat lokas, nasional, dan international untuk kepentingan terhadap segala hal yang mengakibatkan terjadinya kekerasan terhadap perempuan. Namun Komnas Perempuan ini bukanlah lembaga pelayanan penanganan korban. Segala bentuk pengaduan yang berhubungan dengan laporan kekerasan terhadap perempuan akan dilayani oleh komunitas relawan dan dikoordinir oleh seorang koordinator.
KOMNAS PEREMPUAN
Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan
Jl. Latuharhari No. 4B, Jakarta 10310 Indonesia
Telp. +6221 3903963, Fax. +221 3903922
mail@komnasperempuan.go.id
www.komnasperempuan.go.id
Wah, sering banget aku maen ke Komnas Perempuan, Dan skarang kangen KOmnas Perempuan setelah membaca tulisan ini. Selamat ulangtahun KOmnas Perempuan. Smoga semakin amanh untuk perempuan :)
ReplyDeleteGw belasan tahun tinggal di jakarta tapi ngak pernah masuk monas #AkuGagal
ReplyDelete