Laman

Thursday, 21 January 2016

Bertemu Jin Saat Bermain Petak Umpet


Saya pernah menulis buku antalogi bersama teman-teman blogger beberapa tahun yang lalu, yang bercerita tentang kenangan masa kecil, yang kebanyakan isinya kisah-kisah keseruan semasa kanak-kanak, bermain dengan teman-teman yang tak pernah bisa dilupakan begitu saja sampai sekarang. Ada dua buah buku yang spesifik bercerita tentang masa kecil, judulnya "Kenangan Masa Kecilku' dan "33 Cerita Ceria". Ada juga beberapa judul buku yang lainnya, tapi karena penerbitnya waktu itu melakukan penipuan, kami akhirnya tak bisa lagi memesan buku ini. Nggak tau kalau dua judul buku yang saya sebutkan, apakah masih ada atau tidak, karena setelah dicek ke penerbitnya pun, link yang tercantum ternyata error. Hehehe. Udah lama banget sih, dari tahun 2011 silam.

Saya ingin mengulas sedikit isi dari kedua judul buku diatas. Di buku Kenangan Masa Kecilku itu, saya lebih banyak bercerita tentang masa-masa menjadi siswa SD yang lebih banyak menghabiskan waktu di Sekolah, sesuai judul yang saya tulis, "Pada Masa Sekolah Dasar".
Saya inget banget, menuliskan cerita pernah dihukum dan dipukul pakai penggaris oleh Guru, karena keasikan bermain wayang dibelakang kelas dan nggak mendengar lonceng berbunyi setelah jam istirahat. Saya juga pernah dijewer wali kelas karena nggak ikut kerja bakti, tetapi malah asik bermain rumah-rumahan menggunakan sapu lidi yang dipatah-patahin.
Saya juga pernah bolos sekolah atau kadang telat pulang kerumah karena asik nongkrong melihat proses pembuatan patung Harimau yang lagi dibuat pematung yang tidak jauh dari sekolah. Ahh..banyak sekali, mengingat permainan-permainan saat masa kecil pun membuat saya ingin membeli buku ini lagi.

Nah, kalau yang di buku 33 Cerita Ceria, saya lebih banyak menceritakan tentang keseruan masa kecil di kampung yang damai. Teman-teman yang asik dan baik menjadi pelengkap kenangan indah itu. Dalam buku ini saya memberi judul "Mandi di Sungai". Tauu, ya sungai-sungai di kampung jaman saat saya masih kecil itu airnya bersih, masih sehat untuk diselami. Tapi sekarang.. airnya berlumut, dan debit airnya semakin sedikit. Sayapun banyak menceritakan permainan-permainan yang sering kami lakukan di rumah. Ada kenangan tangan saya berdarah saat main layangan, ada juga saya dimarahi ibu karena telat pulang dari bermain air di sungai karena malah melanglang buana ke kebun-kebun tetangga mencari buah Seletop.

Foto dari Leutikaprio

Ada juga satu kisah yang membuat kadang tak ingin percaya. Kisah ini tak saya tulis di buku manapun tapi sepertinya sudah pernah saya tulis di blog, cuma lupa apa judulnya. Hehe. Tapi ini kisah nyata. Saya bertemu jin baik hati saat sedang bermain petak umpet. Saat itu saya dan teman-teman suka sekali bermain Petak Umpet yang sering juga disebut Benteng atau sembunyi-sembunyian. Ini adalah salah satu permainan favorite kami. Karena adrenalin kami serasa ditantang, ketika harus berlari-lari saat dikejar lalu ditangkap lawan, atau saat harus menahan degup jantung karena takut ketahuan bersembunyi dibelakang rumah orang.


Dan satu kejadian itu, ketika saya harus menjadi orang yang harus ditangkap dalam permainan ini. Saat itu sepulang sekolah kami seperti biasa 'berkeliaran' mencari hiburan dan janjian dengan teman-teman lain untuk bermain. Ada banyak permainan yang bisa kami lakukan sebenarnya, tapi kata bosan adalah sebuah masalah yang harus dihadapi semua anak-anak dari dulu hingga sekarang. Setelah bermain ini, kami bertukar untuk main yang lainnya, seperti kelereng, lompat tali dan lain lain hingga akhirnya memutuskan untuk bermain petak umpet saja.

Waktu itu saya masuk dalam kelompok yang harus ditangkap. Setelah teman yang menjaga benteng menghitung sampai sepuluh, kami semua berlarian, berpencar untuk mencari tempat persembunyian paling aman, agar tak bisa ditangkap lalu kalah dalam permainan. Satu persatu teman-teman lain ditemukan oleh penjaga gawang dalam permainan ini.
Saya dan seorang teman saat itu malas mengendap-ngendap dan merebut Benteng yang dijaga teman lawan karena cuaca panas, dan lebih memilih bersembunyi di belakang masjid. Saat bersembunyi itu kami sambil bermain batu dan menyusunnya dengan imajinasi kami. Tak lama terdengar suara air mengalir dan suara seorang teman (dalam kelompok) yang datang dan mendekat ke arah kami berdua. Namanya Raisa (nama disamarkan), dia menatap kami lama sambil bersandar di tembok masjid dan mengatakan sesuatu kurang lebih seperti ini, "Jangan sembunyi, nggak ada  lagi yang main semuanya sudah ditemukan".Oh ya, for you information aja, kampung saya itu sepi, jarak dari rumah satu ke yang lain sangatlah lebar, banyak tanah lapang juga, kalau cuaca panas, orang-orang lebih suka beristirahat di rumah, jarang ada yang diluar, apalagi di jam-jam enak tidur, sekitar jam 1-3an.
Jadi, setelah teman saya si Raisa ini tadi berkata seperti itu, saya dan teman satunya lagi berpandangan tak percaya. Tak percayanya karena si Raisa ini teman baik si teman yang lagi jaga gawang. Bisa saja kan si Raisa jadi penghianat..hehe. Tapi, ketika kami menengok kembali ke arah Raisa, dia sudah tidak ada lagi.

Kami akhirnya keluar dari persembunyian (saya hampir lupa dibagian ini) dan berkumpul kembali dengan teman-teman lainnya. Namun anehnya Raisa sudah ada di situ bersama yang lain. Saat kami menanyakan, kenapa Raisa cepat sekali menghilang, dia bilang dari tadi sudah disitu, bahkan menjadi korban pertama yang ditemukan penjaga gawang. Lalu, siapa si Raisa yang mendekat ke arah kami? Hiiih.

Saat itu kami tidak terpikir hal lain, kecuali penampakan berwujud Raisa itu adalah hantu Sarimal yang melegenda yang sangat kami takuti di kampung.



"Tulisan ini diikutkan dalam Giveaway Permainan Masa Kecil yang diselenggarakan oleh Mama Calvin dan Bunda Salfa"


17 comments:

  1. kebanyakan kalau main petak umpet ketemu yang gituan, apalagi kalau main petak umpat dimalam hari, pasti ada pemain yang lebih ikut

    ReplyDelete
  2. Raisa jadi hantu ya, disini dia jadi penyanyi

    ReplyDelete
  3. waaaah....kalau aku paling gak suka petak umpet, takut ditinggal temen-temen..hahaaa

    ReplyDelete
  4. Untung bukan hantu yang menyeramkan ya Mbak :)

    Kalau dulu waktu kegiatan pramuka yang muncul malah pocong, mungkin karna pura2 jadi pocong buat nakutin yunior. eh pocong benerannya ikutan nongol

    ReplyDelete
  5. haish... masih untung main petak umpetnya gak sore menjelang maghrib ya... :D

    ReplyDelete
  6. Wah, seru dan serem juga ya pengalaman kecilmu, berkesan pastinya ya, karena lain dari yang lain hehehe.
    katanya sih, orang yang bisa bersentuhan dngan dunia lain, yang frekuensinya sama dengan 'mereka', hehehe

    ReplyDelete
  7. Bagaimana ceritanya kok bisa bertemu Jin, hi takuuut

    ReplyDelete
  8. ahhh..aku juga pernah nuliss di buku antologi ituuhh mell.

    aiihh makanya kata mamaku suka ga boleh main petak umpet, dl bilangnya ntar asa kalong wewee hihoio

    ReplyDelete
  9. suka main wayang, nggak ikut kerja bakti..pantes saja sering kena hukuman guru,
    eh..jin sarimal itu beneran ada yaaa,,,hiiiii,
    selamat berlomba ya…smoga menjadi yang terbaik
    keep happy blogging always, salam dari Makassar – banjarbaru :-)

    ReplyDelete
  10. Punya pengalaman seru pas nginep di pulau Maitam, Pesawaran.
    Jinnya usil banget :D

    ReplyDelete
  11. akhirnya aku sampai juga ke postingan Melly, hehehe dari awal aku takut bacanya.

    ReplyDelete
  12. Ngeri bangetttt hiiiy.... Aku mah kali udah ngajak mamah papah pindah rumah yang jauuuh dari masjid hahahaha *kecut* x(

    ReplyDelete
  13. Ada tulisanku juga di situuu hihihi
    Seru cerita2 teman semua ada dan menarik :D
    btw serem amat Mel ketemu Jin.

    ReplyDelete
  14. hiiii horor banget meel, omaigoat untung penampakannya dalam wujud teman ya kalau bentuk lain ga tau deh, iii atuut

    ReplyDelete
  15. tapi 2016 anak2 ga maen petak umpet lagi. mainnya gadget :P

    kasihan jin nya magabut hihihih

    ReplyDelete

Terima Kasih - @melfeyadin