Gabus Pucung |
Namanya Rama sahabatku dari Jogja yang baru dua
tahun tinggal di Jakarta dan sempat kuliah di Luar negeri, nama lengkapnya
Ramadhan Antartika. Aku tidak tahu persis mengapa nama belakangnya Antartika.
Tapi Rama pernah bilang, dulu sewaktu ibunya sedang hamil dirinya, ibunya
ngidam pergi ke Antartika, dan berharap Rama kelak bisa kesana. Waktu kutanya,
apakah Rama punya cita-cita pergi ke Antartika, dia cuma tersenyum sambil
menggeleng-gelengkan kepalanya, sesekali dia pernah menjawab,
“Jauh banget itu, Din… nggak mungkin lah
gue kesana”.
Tapi aku pernah tak sengaja membaca sebuah notes,
di dalam agenda yang selalu dia bawa ke kantor, harapannya suatu kelak sebelum
meninggal adalah mewujudkan keinginan ibunya yang disematkan ke namanya.
“ Ke Antartika, demi mama” Itu bunyi
notesnya.
Aku dan Rama satu tim kerja disebuah acara
televisi yang memfokuskan liputan tentang kuliner nusantara, khususnya di
warung-warung pinggir jalan atau kaki lima, aku sebagai host yang mencicipi
semua menu makanan yang kami temui, dan Rama memegang kamera untuk merekam semua
kegiatan yang kami lakukan selama peliputan.
Dua minggu ini Rama terlihat aneh, sering
tersenyum sendiri, menggeleng-gelengkan kepala seakan-akan sedang mengeyahkan
sesuatu dari pikirannya. jika sedang di kantor kadang-kadang ia mengajak
siapa saja yang dia temui untuk makan siang di warung pinggir jalan yang letaknya
cukup jauh dari kantor. Tapi anehnya, dia tidak pernah mengajakku, seperti hari
ini, tiba-tiba dia sudah menghilang sebelum jam makan siang.
Dan aku baru tau kalau Rama selalu mampir ke
Warung Mpok Mod yang buka dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore itu setelah
menanyakan ke teman yang lainnya. Warungnya tidak luas, hanya menempati ruang
kosong disebelah mini market yang buka 24 jam menggunakan gerobak. Sebenarnya
satu bulan yang lalu kami pernah kesana, meliput menu yang dijajakan di warung
ini. Dari rekomendasi seorang penggemar kuliner di sosial media.
Saat pertama kali kesana di jam makan siang, tempatnya terlihat ramai, rata-rata yang datang kesitu adalah pekerja kantoran. Dan beberapa pengunjung yang ada disitu yang sempat kami wawancari mengatakan, kalau mereka hampir setiap hari makan siang di Warung Mpok Mod, menikmati menu andalan yang disajikan, yaitu Gabus Pucung khas Betawi. Sebelum kami mencoba rasa menu andalan yang ditawarkan warung Mpok Mod ini, kami beranggapan, wajar saja warung ini ramai, penjualnya cantik mirip artis, tapi gaya berbicaranya khas orang Betawi.
Saat pertama kali kesana di jam makan siang, tempatnya terlihat ramai, rata-rata yang datang kesitu adalah pekerja kantoran. Dan beberapa pengunjung yang ada disitu yang sempat kami wawancari mengatakan, kalau mereka hampir setiap hari makan siang di Warung Mpok Mod, menikmati menu andalan yang disajikan, yaitu Gabus Pucung khas Betawi. Sebelum kami mencoba rasa menu andalan yang ditawarkan warung Mpok Mod ini, kami beranggapan, wajar saja warung ini ramai, penjualnya cantik mirip artis, tapi gaya berbicaranya khas orang Betawi.
“Ehh,
mari-mari, mpok abang kesini mampir di warung aye..cari tempat duduk sendiri
yak, maap-maap nih..aye kagak jadi pelayan yang baek..aye sibuk. nNh banyak
bener pembelinya.. hehe” Ujar pemilik warung sewaktu kami baru tiba disitu,
yang ternyata bernama Shinta. Waktu kami tanya kenapa warungnya bernama Mpok
Mod dan hanya menjual satu menu Gabus Pucung? Mbak Shinta menjelaskan dengan
antusias.
“Mbak, boleh saya panggil mbak Shinta, kan?
tanyaku kepada shinta yang sedang sibuk meracik Gabus Pucung pesanan pembeli
waktu itu.
"Iye,
kagak ape-ape, tapi sebenernya aye lebih seneng dipanggil mpok juga atau eneng..hehe udah
kebiasaan" ujarnya sambil tersenyum lebih tepatnya nyengir kuda. Tapi
aku yakin, saat itu Rama sempat terpana melihat senyuman atau cengiran asal
yang diberikan Shinta. Karena harusnya kamera menyorot ke arahku, tapi Rama
tetap fokus dan mengikuti kemanapun Shinta berjalan. Senyum yang menggemaskan
menurutku. Ah, lelaki mana yang tak takjub melihatnya, tidak heran kalau warung
ini ramai setiap jam makan siang, selain menunya enak, pemilik warungnya bikin
betah.
"Mpok Mod itu siapa?" tanyaku lagi
sambil mencicipi Gabus Pucung yang tersaji di mejaku dan Rama yang tetap dengan
kameranya, karena sepertinya Shinta terlalu sibuk, melayani pembeli yang
mengunjungi warungnya sendirian.
"Oh, ntu..
Mpok Mod itu enyak aye, bentar
ye" Shinta kembali mengantarkan pesanan pembeli.
"Duh, maaf ya mbak..saya malah jadi
menggangu kerjaannya, nih"
"Udah santai aje..aye malah seneng ada yang
wawancarain warung aye kayak begini, berarti kan Gabus Pucung bakal lebih dikenal
dan makin banyak pembeli." Sahutnya dari seberang meja diantara pembeli
yang lain.
Waktu itu kami harus menunggu sekitar satu jam
lebih sampai warung agak sepi untuk melanjutkan wawancara liputan kuliner khas
Nusantara dengan Shinta. Sementara Rama tetap standby merekam setiap kesibukan
yang terjadi di warung kecil itu, dari keluar masuknya pembeli, kelincahan serta
keramahan Shinta dengan senyum manisnya dalam melayani pelanggannya.
Shinta lalu bercerita, nama warung Mpok Mod ini,
dulunya karena ibunya adalah penggemar beratnya sinetron Si Doel Anak
Sekolahan, yang pemerannya ada Maudy Koesnaedi sebagai Zaenab. Ibunya menggangumi kecantikan Maudy. Tapi
sebenarnya Shinta juga memberitahu bahwa nama Ibunya asli adalah Momon
Darwiyah, yang kalau disingkat menjadi Mod-Maudy. Shinta mencibir, ibunya
memang terobsesi dengan Maudy Koesnaedi. “Aye pernah baca, akun twitter Maudy
namanya Mpok Mod, ye? Enyak aye girang banget, tuh mpok namanya sama. Haha”
“Tadinya, aye malu jaga ni warung, kepaksa karena
enyak aye nggak ada lagi nyang bantu, tapi aye jadi terharu setelah banyak yang
demen sama menu masakan disini” ungkap Shinta disela-sela dia menjelaskan seluk
beluk kenapa hanya ada Gabus Pucung yang disajikan di warungnya, tidak ada yang
lain.
Shinta mengatakan, ibunya yang dia panggil enyak
itu memang terobsesi dan mencintai budaya Betawi termasuk kuliner khasnya. “Kalau
bukan kite, siapa lagi, mpok, yang mempopulerkan masakan Betawi kulinre khas
Indonesia seperti ini. Enyak aye bilang, justru masakan yang unik-unik dan langka
begini yang dicari orang” Jelasnya padaku dan Rama, kami hanya mengangguk
memahami sesekali menimpali dengan pertanyaan lain. Dia juga menyebutkan dipaksanya
dia menjadi pelayan warung kecilnya itu merupakan salah satu strategy marketing dari ibunya. Dengan
wajahnya yang cantik dan ramah pasti mengundang orang banyak untuk mampir ke
warungnya, dan itu terbukti seperti sekarang. Setelah kami menayangkan liputan
singkat tentang warungnya dengan menu khas Gabung Pucungnya itu di televisi.
Warungnya semakin banyak pembeli, bahkan akun official social media acara kami
di Televisi, dibanjiri pertanyaan, yang menanyakan lokasi warungnya itu. Dan
aku rasa, orang-orang penasaran bukan cuma dengan menu Gabus Pucungnya, tapi
lebih kepada pelayannya yang cantik.
Tidak terkecuali Rama, sepertinya dia juga sudah
kena magnet Gabus Pucung di Warung Mpok Mod. Tapi alasannya sudah jelas, dia
bukan tergiur dengan nikmatnya Gabus Pucung, karena Rama adalah salah satu
orang yang anti dengan masakan yang ada ikannya kecuali pempek.
“Lho, Gabus Pucung ini masakan dari ikan?” begitu
komentarnya sewaktu pertama kali kami kesana dan belum melihat.
“Iye, bang.. Ikan Gabus! Abang kagak tau? Ini
ikan dimasak dengan bumbu-bumbu rempah asli Indonesia, lho bang. Bumbu utamanya
pakai pucung atau kluwak dalam Bahasa Indonesa, Makanya dinamakan Gabus Pucung,
rasanya enak, bang banyak nutrisinya lagi! Walaupun tampilannya aje warna gelap begini, tapi rasanya.
Maknyuuusss kalo kata pak Bondan.” Lengkap Shinta saat itu dengan antusiasnya
sambil tertawa geli.
“Ramaaaaaaa..loe dari mana aja? Pasti abis
ngapelin Mpok Shinta, ya?” Cecarku setibanya Rama di kantor sekitar pukul 1
siang. Namun Rama hanya memberikan mimik wajah yang mengatakan “diem loe,
berisik!” apalagi seisi kantor menengok ke arah Rama.
Aku tertawa melihatnya.. Rama yang kukenal, yang
tidak suka dengan hal-hal berbau ikan, akhirnya luluh juga. Kuhampiri Rama
sambil berjalan kearah ruang editing, untuk melihat hasil liputan kami dua
minggu lalu di warung kaki lima yang lain.
Rama tak mau mengakui ketika kutanyakan detilnya
bagaimana, kenapa dia setiap jam makan siang selalu pergi ke Warung Mpok Mod.
Rama yang kukenal sama sekali tak suka Ikan, tapi anehnya dia bisa begitu rajin
ke warung itu yang hanya menyuguhkan satu menu masakan Gabus Pucung.
“Iya..iya gue ngaku! Gue mulai sekarang suka
Ikan, Gabus Pucung ternyata enak banget, Din..jadi ketagihan gini, gue”
“Suka Ikan..apa suka ikan gabus?” tanyaku dengan
menekankan kata Ikan sambil menggoda Rama. Karena seingatku, sewaktu kami
meliput ke Warung Mpok Mod, Rama hanya mencicipi sedikit saja kuah Gabus Pucung
tanpa mencoba Ikan Gabusnya, itupun karena mangkuknya disodorkan langsung oleh
Shinta yang menawarkannya dengan mimik wajah menggemaskan.
****
Cerpen ini dibuat setelah menonton acara kuliner tentang Gabus Pucung dan membaca artikel ini http://travel.kompas.com/read/2013/06/28/0903013/Kala.Gabus.Pucung.Makin.Minggir. Dan menerima tantangan dari Fun Blogging membuat cerpen bertema kuliner Indonesia.
Foto : jakartakuliner2.blogspot.com
Namanya unik, ya. Kuahnya kayak rawon, gitu ya, warnanya. Bahahahhak, sok sokan, gak suka. Nyatanya, suka juga.
ReplyDeleteOh, ya, sedikit masukan, untuk kata "kesana" sebetulnya "ke sana"
Cerpennya lucu, Kak. Terus, berkarya. :D
Ah, makasih mbak koreksinya..
Deleteke nya dipisah ya klo mengatakan tempat. hehe. Lupa aku.
Makasih ya mbak
kirain akhirnya Rama jadi ke antartika, hihihi :D
ReplyDeleteHihi..iya, aku bingung nih bikin cerpen :D
Deletejadi suka ikan berkat Shinta tuh Rama
ReplyDeleteIya, demi menggaet hati Shinta :D
DeleteEalah, cerpen ya..baru mau nanya dimana lokasi warungnya. Benerana ada ga?
ReplyDeleteAku jg pengen banget ngerasain Gabus Pucung ini mak.. penasaraaaan..hehe
Deleteakuu suka bgt sama ikan gabus soalnya.
Et dah, Mpok Shinta yak. Aku pernah denger emang ada warung gabus pucung yang enak di Jakarta. Tapi lupa di mana hehe
ReplyDeleteIya, pernah nonton tuh, tp blm ketemu warungnya :D
DeleteBener banget ka Melly :D
DeleteMba melly, itu beneran endess lho. Antriannya juga yahud. Ayo kapan-kapan, deket rumahku ada yang enak, kalau mau coba.
ReplyDeleteGabus pucung bikin ngiler kayakya, cepren kuliner itu jarang banget, wow keren ceritanya
ReplyDeleteMirip semur kah, Mbak? Hihihi.. :P
ReplyDeleteWow strategi marketingnya Mpok Mod oke juga tuh.... hehehe
ReplyDeleteMbak melly, sumpah keren banget ih cerpennya. itu logatnya mpok mod medok banget kayanya ya. hihi
ReplyDelete