Kenangan ini nggak pernah bisa saya lupain, waktu masih SD kalau berangkat sekolah itu pasti rame-rame bareng temen jalan kaki melewati perkampungan dan jalanan berbatu, inget dengan suasana desa yang masih adem, pohon-pohon yang masih berbuah lebat dan angin yang masih menentramkan jiwa.
Pagi itu seperti biasa, setelah rambutkku disisir dan di kepang dua oleh ibuku, aku bersiap untuk berangkat sekolah. Menghampiri tetangga yang juga sudah siap untuk berangkat bersama. Banyak teman-teman yang berangkat bersama, dari siswa kelas satu sampai kelas 6 SD. Saat itu aku masih duduk dikelas tiga.
Berangkat sekolah pagi-pagi di tengah hujan deras sisa semalam bikin jalanan tanah berbatu jadi becek dan penuh lumpur. Sepatu terpaksa di tenteng supaya nggak basah sampai di sekolah.
Ketika melewati parit-parit warga kampung yang masih penuh dengan genangan air, kami melihat bayang-bayang ikan melayang di air parit yang jernih, yang masih di tumbuhi rumput-rumput hijau nan segar. Seorang kakak kelasku berseru, "Itu Ikaan Roan..ambek..ambek jale" saat itu rumah kami belum terlalu jauh, masih bisa berlari untuk kembali.
Ikan Roan atau yang biasa disebut sebagai Ikan Gabus berenang dengan tenang di parit-parit warga. Entah dari mana datangnya, kemungkin lepas dari kolam ketika air dari hujan meluap memenuhi kolam dan tanah-tanah yang masih lembab untuk di turunkan lagi hujan.
Kakak kelasku bernama Mahidun, meminjam sebuah baskom dari rumah warga yang paritnya ada ikan. Lalu segera melepas baju dan celananya untuk nyebur ke parit yang penuh air dan di renangi oleh ikan-ikan gabus. Untungnya saat itu baru jam setengah 7 pagi dan kami masuk kelas jam setengah 8, jadi masih ada waktu untuk mandi lagi. Mahidun dan beberapa teman mulai masuk ke parit dan menggiring ikan-ikan Roan itu.