Laman

Thursday, 26 April 2012

Pedang Asmara Berujung Duka (End)


Tapi siapa di balik penghianatan Sutan Batu Giok terhadap Maharaja Cewanibuwana? Siapa juga yang telah menghasutnya untuk berubah pikiran dan berusaha menggulingkan Maharaja Cewanibuwana dari kerajaan Kota Raja?
Pemirsa.. cerita ini adalah lanjutan dari #3penguasa Cerita berantai yang sudah di tulis oleh kang MT (http://mataharitimoer.blogdetik.com/2012/04/21/pedang-asmara-berujung-duka/) dan mas Harrismaul (http://harris-maulana.blogspot.com/2012/04/pedang-asmara-berujung-duka-bagian-2.html) di blog mereka dalam grup 3 di Blogor. Cerita kali ini akhir dari perjuangan Pendekar Asmara Berujung Duka dan Dewi Kencanawungu untuk mengembalikan kerajaan dan kisah mereka berdua.



Cerita di Mulai.
Di dalam rumah Pendekar Macan Tidur, Maharaja Cewanibuwana dan Dewi Kencanawungu menikmati minuman yang terbuat dari rebusan bunga melati di campur garam dan cemilan ala kadarnya. Konon Pendekar Macan Tidur dan ketiga temannya bisa menjadi pendekar hebat bahkan menjadi raja dan berhasil mengalahkan pendekar-pendekar lainnya di dunia persilatan hanya meminum ramuan itu yang sekarang di suguhkan kepada teman-temanyanya juga. Tapi ketiga teman seperguruan mereka tidak tahu, ramuan itu juga sudah di campur sebuah ramuan lain yang berbahaya untuk kesadaran. Pendekar Macan Tidur mendengarkan taktik apa saja yang di buat ketiga temannya, Maharaja Cewanibuwana, Pendekar Pedang Asmara Berujung Duka dan Dewi Kencanawungu. Hanya saja, Pendekar Pedang Asmara tidak ikut meminum ramuan/minuman itu. Dia berdalih sedang tidak haus.

Hati Pendekar Macan Tidur gelisah tapi tak dia tampakkan di depan ketiga temannya yang sedang mencari cara untuk mencari bantuan lain, guna mengnyingkirkan Sutan Batu Giok dari kerajaan.
“Maaf kakanda Pendekar Macan Tidur.. sepertinya kakanda tidak senang menerima kami, gerak tubuh kakanda aneh. Ada apakah gerangan?” Dewi Kencanawungu merasakan aura aneh di antara mereka, sebagai pendekar perempuan dan menguasai ilmu hati nurani untuk menghadapi sikap jalang para lelaki hidung belang. Dewi dapat mencerna sedikit perubahan dalam diri Pendekar Macan Tidur di depannya yang seorang pria.
“Ah..tidak apa-apa adinda. Lanjutkan saja rencana kalian itu, nanti aku pikirkan lagi bagaimana rencana yang ku buat untuk mengembalikan kerajaan Kota Raja kepada orang yang tepat. Aku akan membantu kalian!” Pendekar Macan Tidur tersenyum.
Di sudut rumah, pendekar Pedang Asmara berujung Duka yang sedari tadi memperhatikan dan mendengarkan apa saja informasi dari Maharaja juga melihat perubahan yang aneh pada gerak dan mimik wajah Macan Tidur. “Ada yang aneh..akan kucari tau itu!” pikirnya.
“Kakak pertama, maharaja Cewanibuwana, ijinkan hamba berbicara sebentar” potong Pendekar asmara berujung Duka, “Silahkan Kurakatara..”
“Kurakatara!?” Tanya Dewi Kencanawungu dan Pendekar Macan Tidur bersamaan.
“Kenapa? Kenapa kalian terkejut seperti itu?” Tanya maharaja.
“Jadi..pendekar asmara berujung duka adalah adik anda, yang mulia Raja?”
“Iya benar…” Jawab Maharaja Cewanibuwana. Dan tiba-tiba Pendekar Macan Tidur terlonjat dari tempat duduknya, berlari cepat menuju dapur dan terdengar suara mengeram, seperti macan yang baru bangun dari tidur. Kedua pendekar dan Raja memandang aneh dan sigap berdiri menunggu apa yang terjadi, mereka sudah hapal, jika Pendekar Macan Tidur berperilaku seperti itu. Berarti ada yang tidak beres dalam hatinya, ada yang tidak beres dengan apa yang dia dengar. Lalu Macan Tidur mendengar siapa? Selain mereka bertiga membicarakan taktik perang menghadapi Sutan Batu Giok.
Kedua pendekar dan Maharaja menunggu Macan Tidur kembali dari dapur. Mereka bertiga tidak tahu, bahwa orang di balik rencana menggulingkan Maharaja Cewanibuwana adalah Pendekar Macan Tidur. Tetapi mereka bersikap waspada, karena melihat kejadian tadi.
“Kurakatara, sebaiknya setelah ini kalian berdua ke Kota Raja, pantau yang terjadi setelah kepergianku. Awasi kerajaan. Aku akan menjaga Pendekar Macan Tidur.” Pendekar Pedang Asmara berujung Duka dan Dewi kencanawungu menggangguk dan bersiap untuk pergi, namun sebelum pergi mereka berdua berpamitan terlebih dahulu setelah Pendekar Macan Tidur kembali dari dapur.
Kalian tidak akan sampai ke kota raja.. anak ingusan!” dalam hati Macan Tidur memperkirakan kedua adik seperguruannya tidak akan sampai ke tempat tujuan karena pengaruh dari ramuan yang dia suguhkan. Ramuan itu akan membuat hilang kesadaran seseorang jika di bawa dalam perjalanan jauh.
Setelah kepergian mereka berdua, Macan Tidur dan Maharaja terlibat perdebatan hebat, Maharaja merasakan aura jahat seketika muncul di wajah Pendekar Macan Tidur, “ Entah apa yang kau rencakan, tapi aku merasakan kau menyembunyikan sesuatu Cati  (macan tidur :D). Jika terjadi sesuatu terhadap mereka berdua, kau harus bertanggung jawab! Kau penghianat!”
Sebagai Raja, Cewanibuwana sangat peka melihat dan merasakan penghianatan dan ketidakjujuran seseorang di hadapannya, siapapun itu.
“Kakanda Maharaja, anda salah..justru aku akan membantu mengembalikan kerajaan kepada orang yang tepat, tenang saja..aku tidak akan menghianatimu, tidak ada untungnya juga bagiku. AKu sudah hidup nyaman seperti ini.” Cati tersenyum sinis. Di balik senyumnya dia terkekeh dalam hati menertawakan kebodohan Raja yang sudah berumur ini tapi masih kuat saja.
“Aku akan mempercayaimu, jika kau katakan apa rencana yang akan kau buat untuk membantuku.”
Raja tiba-tiba merasakan dadanya sakit setelah berbicara, ada reaksi dalam tubuhnya. “Apa yang sudah kau campurkan dalam minuman tadi Cati!, kauuuu!!” Maharaja kesakitan tapi dengan kekuatan ilmu kanuragan yang dia punya, raja mampu bertahan dan sigap mengeluarkan pedang untuk berhadapan dengan Pendekar Macan Tidur. Pendekar Cati juga tidak kalah cepat bersiap menghadapi serangan raja, dia tau dalam keadaan terbelit, raja akan melakukan apa saja dan mengeluarkan ilmu apa saja yang Raja punya untuk mempertahankan diri.
“Heh..kau pikir aku akan berdiam diri melihatmu berjaya dengan kerajaanmu? Cewanibuwana? Walaupun aku lebih muda darimu..bukan berarti kau bisa memperlakukan aku semaumu! Kau! Raja yang tidak tahu di untung!” Belum selesai Pendekar Macan Tidur berbicara, Maharaja sudah mengayunkan pedangnya ke arahnya. Dziiinggg!!!
Pedang menggores lengan Macan Tidur. Mereka berdua terus melawan satu sama lain, mengeluarkan jurus-jurus dari guru mereka, mengeluarkan semua kemampuan mereka. Maharaja tidak gentar melihat penghianatan adik seperguruannya. Dia sangat kecewa, bukan bantuan yang dia dapat, tapi serangan yang menghancurkannya.
“Apa kau juga sudah berkhianat dengan eyang guru Mataharitimur? Apa kau sadar apa yang telah kau lakukan? Apa yang ada dipikiran Macan Tidur!..sadarlah!” Bug! Sebuah tendangan mengenai dada Macan Tidur. Dengan secepat kilatpun Maharaja tersungkur mendapat balasan tendangan dari Macan Tidur.
Di lain tempat, Pendekar Pedang Asmara berujung Duka dan Dewi Kencanawungu terus berjalan dan hampir mendekat kerajaan yang dari jauh terlihat aman. Di sebuah perkampungan yang mereka lewati, mereka singgah di sebuah kedai dan membeli minuman. Pemilik warung yang dulu tempat pertama kali mereka bertemu mengatakan, beberapa saat yang lalu ada segerombolan orang yang mampir ke warung itu. Dari penglihatan pemilik warung, orang-orang itu membawa pedang-pedang dan menyeramkan.
“Ke arah mana mereka berjalan kisanak?” Tanya pendekar pedang asmara berujung duka.
“Mereka berjalan kea rah padepokan bumidarah, pendekar”
“Kencanawungu..itu pedepokan kita! Ada apa ini?” Pendekar asmara berujung duka terkejut saat mendengar nama tempat itu di sebut.
“Kakanda…lihat itu” Dewi kencanawungu menunjuk segerombolan orang-orang yang berjalan kea rah mereka. “Mereka itu..apa yang tadi kisanak sebutkan bukan?” Dewi mengalihkan pertanyaan ke pemilik warung.
“Benar!”
Tidak sempat mereka berfikir lagi..segerombolan orang-orang itu berlari dan menyerang ke arah mereka dengan pedang-pedang di tangan, diperkirakan ada 10 orang. “ Tunggu!..apa yang kalian lakukan?” Pendekar Pedang asmara berujung duka mengeluarkan pedang andalannya dari sarung. Bersiap menerima serangan dan menghentikan serangan itu sebentar.
“Kau dan Raja akan kami habiskan nyawa kalian..hahaha”
“Raja kalian sudah mati di tangan pendekar kami…hahhaa”
“Kalian? Ingin mempertahankan kerajaan? Hadapi kami…hahaha”
“Dan kau pendekar cantik.. menikahlah dengan pendekar kami..pangeran tampan Macan Tidur…hahha”
“apaaaaaaaaaaaaaaaaa!??” serempak Dewi Kencanawungu dan pendekar asmara berujung duka terkejut mendengar perkataan orang-orang yang menyerang mereka secara bergantian apalagi mendengar nama pendekar Macan tidur, kakak seperguruan mereka. Sementara pemilik warung dan penghuni warung lainnya sudah berlari tunggang langggang mencari perlindungan, mereka, rakyat-rakyat kecil itu tidak ingin terlibat. Mereka hanya ingin hidup tenang..mereka hanya berdoa, semoga pendekar-pendekar mereka selamat dan bisa menentramkan kota raja kembali, mereka juga berharap pengganti raja yang sudah tua itu adalah raja yang bisa mengembalikan kedamaian rakyat. Bukan raja yang hanya memeras harta rakyat.
Tanpa pikir panjang kedua pendekar mempertaruhkan nyawa mereka berdua menghadapi serangan orang-orang suruhan Pendekar Macan Tidur, tapi dalam pikiran mereka juga, memikirkan bagaimana nasib raja yang mereka tinggalkan. Perang kecil terjadi. Pendekar asmara berujung duka tidak gentar, dibantu Dewi kencanawungu. Pedang-pedang berlawanan, pukulan, tendangan, jurus-jurus di pamerkan. Debu-debu berterbangan, dari balik-balik pohon dan bilik-bilik rumah, ada banyak mata mengintip pertempuran itu, mata-mata yang tidak berani menghadapi begundal-begundal suruhan Pendekar Macan Tidur. Sampai Pendekar Asmara Berujung Duka hampir kewalahan, karena kembali berdatangan lebih dari 20 orang menyerang mereka, membabi buta dan menyerang rumah-rumah warga. Warga Dusun Kretek akhirnya geram, dan ikut membantu Kedua pendekar itu.
Dewi Kencanawungu yang baru bereaksi dengan minuman ramuan yang dibuat Pendekar Macan Tidur, tiba-tiba kepalanya seperti berputar, pandangannya kabur..samar-samar melihat Kurukatara atau Pendekar Asmara Berujung Duka, yang juga adik dari Maharaja Cewanibuwana terpelanting jauh, saat mendapatkan ilmu dari jarak jauh yang di keluarkan salah satu penyerang, yaitu pendekar Gagak Hitam, tidak lain adalah musuh bebuyutan perguruan mereka, tapi juga kakak kandung Pendekar Macan Tidur tapi mereka beda ayah. “Sialaaaan..penghianat kau kakandan, ah bajingan! Macan terkutuk!” Maki Dewi Kencanawungu, namun dia tak bisa berfikir dan bergerak lebih lincah lagi. Reaksi ramuan racun yang sudah di campurkan dengan ramuan sakti Bunga Melati dan garam, sudah menyebar dalam tubuhnya.
“Kencanawunguuuuu…bersenyembunyiiiiii..” terdengar suara Kurukatara dari kejauhan, dan Dewi sudah tidak sadar lagi. Tapi untunglah ada seorang warga langsung menariknya ke dalam rumah warga.
Sementara Pendekar Asmara Berujung Duka, tak bisa di selamatkan lagi. Ajian dari Pendekar Gagak Hitam terlalu kuat dan tubuhnya yang sudah lemah tak bisa menangkis serangan itu. Kurukatara tergeletak di tanah begitu saja, dengan seluruh bagian tubuhnya berwarna biru. Setelah itu Pendekar Gagak Hitam menghunuskan pedangnya sendiri ke tubuhnya. Dan pengikut-pengikutnya mulai berlari menjauh saat melihat warga yang berduyun-duyun datang membawa pertolongan untuk pendekar Asmara Berujung Duka.
Di dalam istana, Sutan Batu Giok juga mendapatkan serangan dari bawahan-bawahan raja. Penghuni kerajaan yang jujur berusaha untuk mempertahanakn kerajaan, mereka semua melawan Batu Giok. Sehingga Batu Giok merasa tersudut dan terbunuh atas kelakuannya sendiri, yaitu terjatuh dari kuda yang di tungganginya, saat berlari dari kejaran orang-orang kerajaan. Sutan Batu Giok terinjak-injak kaki kuda. Dia tidak mampu berdiri lagi, pada saat yang tepat Putri dari Maharaja Cewanibuwana menghunuskan pedang ke dadanya.
Maharaja masih saling serang dengan Pendekar Macan Tidur. Dan kali ini Macan Tidur yang sudah tersulut emosi dan juga hati yang busuk kehilangan control jurus-jurus dan ilmu yang selama ini  di pelajarinya. Karena dia sama sekali tidak mengetahui, bahwa setinggi-tingginya ilmu yang dia dapat dari gurunya, tidak akan berfungsi lagi, jika seorang pendekar itu mempunya hati busuk, bukan untuk menolong rakyat-rakyat atau orang-orang yang kesusahan dari perompak-perompak di negeri mereka, tapi melainkan menghancurkan kerajaan dimana dia bisa hidup, terutama, sang Raja adalah kakak seperguruan mereka. Sang Maharaja hampir kehilangan kendali hampir membunuh Pendekar Macan Tidur, jika dia tidak ingat kedua adik seperguruannya yang sedang terancam juga.
“Katakan padaku Cati, Katakan..apa yang kau lakukan! Katakan”
“Kakanda Maharaja..bunuhlah aku, aku tidak akan mengatakannya!”
Cusshhh.. Darah mengalir dari tubuh Pendekar Macan Tidur. “Maafkan aku kakanda…akhghh!!”
“Persetan denganmu!” Maharaja langsung berlari keluar rumah Cati, melihat kuda yang terikat di pohon milik Cati, dia langsung menaikinya dan pergi kea rah Kota Raja.
Setelah dua hari dari peristiwa itu, Maharaja sudah kembali ke kerajaan, Dewi Kencanawungu selamat tapi terlihat depresi saat menghadiri pemakaman Pendekar Asmara Berujung Duka. Maharaja Cewanibuwana menyerahkan jabatannya kepada Putrinya, Maharaja membuat peraturan baru, semua rakyat tidak di haruskan membayar upeti kepada raja. Mereka hanya perlu menjaga satu sama lain dari serangan-serangan pemberontak yang ingin menghancurkan Kota Raja.

End.

Melly

6 comments:

  1. Wih keren. Kereeeeeen.....

    ReplyDelete
  2. Hehehehe... Maharaja Cewanibuwana apa Cemanibuwana? Asyik ceritanya. :mrgreen:

    Salam persahablogan,
    @wkf2010 ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hadeeuuh..ini nih yg bikin aku gak bisa mencerna cerita pendekar2 silat. Nama2nya susah di hapal..haha

      maapken :D

      Delete
  3. wow makasih Meli. lanjutannya keren. keren banget!

    grup kitalah yg akhirnya tamat duluan

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih kang.. awal ceritanya jg keren, jadinya enak ngelanjutinnya..hehe

      Delete

Terima Kasih - @melfeyadin