Tapi siapa di balik penghianatan
Sutan Batu Giok terhadap Maharaja Cewanibuwana? Siapa juga yang telah
menghasutnya untuk berubah pikiran dan berusaha menggulingkan Maharaja
Cewanibuwana dari kerajaan Kota Raja?
Pemirsa.. cerita ini adalah
lanjutan dari #3penguasa Cerita berantai yang sudah di tulis oleh kang MT (http://mataharitimoer.blogdetik.com/2012/04/21/pedang-asmara-berujung-duka/) dan
mas Harrismaul (http://harris-maulana.blogspot.com/2012/04/pedang-asmara-berujung-duka-bagian-2.html) di blog mereka dalam grup 3 di Blogor. Cerita kali ini akhir
dari perjuangan Pendekar Asmara Berujung Duka dan Dewi Kencanawungu untuk
mengembalikan kerajaan dan kisah mereka berdua.
Cerita di Mulai.
Di dalam rumah Pendekar Macan
Tidur, Maharaja Cewanibuwana dan Dewi Kencanawungu menikmati minuman yang
terbuat dari rebusan bunga melati di campur garam dan cemilan ala kadarnya.
Konon Pendekar Macan Tidur dan ketiga temannya bisa menjadi pendekar hebat
bahkan menjadi raja dan berhasil mengalahkan pendekar-pendekar lainnya di dunia
persilatan hanya meminum ramuan itu yang sekarang di suguhkan kepada
teman-temanyanya juga. Tapi ketiga teman seperguruan mereka tidak tahu, ramuan
itu juga sudah di campur sebuah ramuan lain yang berbahaya untuk kesadaran.
Pendekar Macan Tidur mendengarkan taktik apa saja yang di buat ketiga temannya,
Maharaja Cewanibuwana, Pendekar Pedang Asmara Berujung Duka dan Dewi
Kencanawungu. Hanya saja, Pendekar Pedang Asmara tidak ikut meminum
ramuan/minuman itu. Dia berdalih sedang tidak haus.
Hati Pendekar Macan Tidur gelisah
tapi tak dia tampakkan di depan ketiga temannya yang sedang mencari cara untuk
mencari bantuan lain, guna mengnyingkirkan Sutan Batu Giok dari kerajaan.
“Maaf kakanda Pendekar Macan
Tidur.. sepertinya kakanda tidak senang menerima kami, gerak tubuh kakanda
aneh. Ada apakah gerangan?” Dewi Kencanawungu merasakan aura aneh di antara
mereka, sebagai pendekar perempuan dan menguasai ilmu hati nurani untuk
menghadapi sikap jalang para lelaki hidung belang. Dewi dapat mencerna sedikit
perubahan dalam diri Pendekar Macan Tidur di depannya yang seorang pria.
“Ah..tidak apa-apa adinda.
Lanjutkan saja rencana kalian itu, nanti aku pikirkan lagi bagaimana rencana
yang ku buat untuk mengembalikan kerajaan Kota Raja kepada orang yang tepat.
Aku akan membantu kalian!” Pendekar Macan Tidur tersenyum.
Di sudut rumah, pendekar Pedang
Asmara berujung Duka yang sedari tadi memperhatikan dan mendengarkan apa saja
informasi dari Maharaja juga melihat perubahan yang aneh pada gerak dan mimik
wajah Macan Tidur. “Ada yang aneh..akan kucari tau itu!” pikirnya.
“Kakak pertama, maharaja
Cewanibuwana, ijinkan hamba berbicara sebentar” potong Pendekar asmara berujung
Duka, “Silahkan Kurakatara..”
“Kurakatara!?” Tanya Dewi
Kencanawungu dan Pendekar Macan Tidur bersamaan.
“Kenapa? Kenapa kalian terkejut
seperti itu?” Tanya maharaja.
“Jadi..pendekar asmara berujung
duka adalah adik anda, yang mulia Raja?”
“Iya benar…” Jawab Maharaja
Cewanibuwana. Dan tiba-tiba Pendekar Macan Tidur terlonjat dari tempat
duduknya, berlari cepat menuju dapur dan terdengar suara mengeram, seperti
macan yang baru bangun dari tidur. Kedua pendekar dan Raja memandang aneh dan
sigap berdiri menunggu apa yang terjadi, mereka sudah hapal, jika Pendekar
Macan Tidur berperilaku seperti itu. Berarti ada yang tidak beres dalam
hatinya, ada yang tidak beres dengan apa yang dia dengar. Lalu Macan Tidur
mendengar siapa? Selain mereka bertiga membicarakan taktik perang menghadapi
Sutan Batu Giok.
Kedua pendekar dan Maharaja
menunggu Macan Tidur kembali dari dapur. Mereka bertiga tidak tahu, bahwa orang
di balik rencana menggulingkan Maharaja Cewanibuwana adalah Pendekar Macan
Tidur. Tetapi mereka bersikap waspada, karena melihat kejadian tadi.
“Kurakatara, sebaiknya setelah
ini kalian berdua ke Kota Raja, pantau yang terjadi setelah kepergianku. Awasi
kerajaan. Aku akan menjaga Pendekar Macan Tidur.” Pendekar Pedang Asmara
berujung Duka dan Dewi kencanawungu menggangguk dan bersiap untuk pergi, namun
sebelum pergi mereka berdua berpamitan terlebih dahulu setelah Pendekar Macan
Tidur kembali dari dapur.
“Kalian tidak akan sampai ke kota raja.. anak ingusan!” dalam hati
Macan Tidur memperkirakan kedua adik seperguruannya tidak akan sampai ke tempat
tujuan karena pengaruh dari ramuan yang dia suguhkan. Ramuan itu akan membuat
hilang kesadaran seseorang jika di bawa dalam perjalanan jauh.
Setelah kepergian mereka berdua,
Macan Tidur dan Maharaja terlibat perdebatan hebat, Maharaja merasakan aura
jahat seketika muncul di wajah Pendekar Macan Tidur, “ Entah apa yang kau
rencakan, tapi aku merasakan kau menyembunyikan sesuatu Cati (macan tidur :D). Jika terjadi sesuatu
terhadap mereka berdua, kau harus bertanggung jawab! Kau penghianat!”
Sebagai Raja, Cewanibuwana sangat
peka melihat dan merasakan penghianatan dan ketidakjujuran seseorang di
hadapannya, siapapun itu.
“Kakanda Maharaja, anda
salah..justru aku akan membantu mengembalikan kerajaan kepada orang yang tepat,
tenang saja..aku tidak akan menghianatimu, tidak ada untungnya juga bagiku. AKu
sudah hidup nyaman seperti ini.” Cati tersenyum sinis. Di balik senyumnya dia
terkekeh dalam hati menertawakan kebodohan Raja yang sudah berumur ini tapi
masih kuat saja.
“Aku akan mempercayaimu, jika kau
katakan apa rencana yang akan kau buat untuk membantuku.”
Raja tiba-tiba merasakan dadanya
sakit setelah berbicara, ada reaksi dalam tubuhnya. “Apa yang sudah kau
campurkan dalam minuman tadi Cati!, kauuuu!!” Maharaja kesakitan tapi dengan
kekuatan ilmu kanuragan yang dia punya, raja mampu bertahan dan sigap
mengeluarkan pedang untuk berhadapan dengan Pendekar Macan Tidur. Pendekar Cati
juga tidak kalah cepat bersiap menghadapi serangan raja, dia tau dalam keadaan
terbelit, raja akan melakukan apa saja dan mengeluarkan ilmu apa saja yang Raja
punya untuk mempertahankan diri.
“Heh..kau pikir aku akan berdiam
diri melihatmu berjaya dengan kerajaanmu? Cewanibuwana? Walaupun aku lebih muda
darimu..bukan berarti kau bisa memperlakukan aku semaumu! Kau! Raja yang tidak
tahu di untung!” Belum selesai Pendekar Macan Tidur berbicara, Maharaja sudah
mengayunkan pedangnya ke arahnya. Dziiinggg!!!
Pedang menggores lengan Macan
Tidur. Mereka berdua terus melawan satu sama lain, mengeluarkan jurus-jurus
dari guru mereka, mengeluarkan semua kemampuan mereka. Maharaja tidak gentar
melihat penghianatan adik seperguruannya. Dia sangat kecewa, bukan bantuan yang
dia dapat, tapi serangan yang menghancurkannya.
“Apa kau juga sudah berkhianat
dengan eyang guru Mataharitimur? Apa kau sadar apa yang telah kau lakukan? Apa
yang ada dipikiran Macan Tidur!..sadarlah!” Bug! Sebuah tendangan mengenai dada
Macan Tidur. Dengan secepat kilatpun Maharaja tersungkur mendapat balasan
tendangan dari Macan Tidur.
Di lain tempat, Pendekar Pedang
Asmara berujung Duka dan Dewi Kencanawungu terus berjalan dan hampir mendekat
kerajaan yang dari jauh terlihat aman. Di sebuah perkampungan yang mereka
lewati, mereka singgah di sebuah kedai dan membeli minuman. Pemilik warung yang
dulu tempat pertama kali mereka bertemu mengatakan, beberapa saat yang lalu ada
segerombolan orang yang mampir ke warung itu. Dari penglihatan pemilik warung,
orang-orang itu membawa pedang-pedang dan menyeramkan.
“Ke arah mana mereka berjalan
kisanak?” Tanya pendekar pedang asmara berujung duka.
“Mereka berjalan kea rah
padepokan bumidarah, pendekar”
“Kencanawungu..itu pedepokan
kita! Ada apa ini?” Pendekar asmara berujung duka terkejut saat mendengar nama
tempat itu di sebut.
“Kakanda…lihat itu” Dewi
kencanawungu menunjuk segerombolan orang-orang yang berjalan kea rah mereka.
“Mereka itu..apa yang tadi kisanak sebutkan bukan?” Dewi mengalihkan pertanyaan
ke pemilik warung.
“Benar!”
Tidak sempat mereka berfikir
lagi..segerombolan orang-orang itu berlari dan menyerang ke arah mereka dengan
pedang-pedang di tangan, diperkirakan ada 10 orang. “ Tunggu!..apa yang kalian
lakukan?” Pendekar Pedang asmara berujung duka mengeluarkan pedang andalannya
dari sarung. Bersiap menerima serangan dan menghentikan serangan itu sebentar.
“Kau dan Raja akan kami habiskan
nyawa kalian..hahaha”
“Raja kalian sudah mati di tangan
pendekar kami…hahhaa”
“Kalian? Ingin mempertahankan
kerajaan? Hadapi kami…hahaha”
“Dan kau pendekar cantik..
menikahlah dengan pendekar kami..pangeran tampan Macan Tidur…hahha”
“apaaaaaaaaaaaaaaaaa!??” serempak
Dewi Kencanawungu dan pendekar asmara berujung duka terkejut mendengar
perkataan orang-orang yang menyerang mereka secara bergantian apalagi mendengar
nama pendekar Macan tidur, kakak seperguruan mereka. Sementara pemilik warung
dan penghuni warung lainnya sudah berlari tunggang langggang mencari
perlindungan, mereka, rakyat-rakyat kecil itu tidak ingin terlibat. Mereka
hanya ingin hidup tenang..mereka hanya berdoa, semoga pendekar-pendekar mereka
selamat dan bisa menentramkan kota raja kembali, mereka juga berharap pengganti
raja yang sudah tua itu adalah raja yang bisa mengembalikan kedamaian rakyat.
Bukan raja yang hanya memeras harta rakyat.
Tanpa pikir panjang kedua
pendekar mempertaruhkan nyawa mereka berdua menghadapi serangan orang-orang
suruhan Pendekar Macan Tidur, tapi dalam pikiran mereka juga, memikirkan
bagaimana nasib raja yang mereka tinggalkan. Perang kecil terjadi. Pendekar
asmara berujung duka tidak gentar, dibantu Dewi kencanawungu. Pedang-pedang
berlawanan, pukulan, tendangan, jurus-jurus di pamerkan. Debu-debu
berterbangan, dari balik-balik pohon dan bilik-bilik rumah, ada banyak mata mengintip
pertempuran itu, mata-mata yang tidak berani menghadapi begundal-begundal
suruhan Pendekar Macan Tidur. Sampai Pendekar Asmara Berujung Duka hampir
kewalahan, karena kembali berdatangan lebih dari 20 orang menyerang mereka,
membabi buta dan menyerang rumah-rumah warga. Warga Dusun Kretek akhirnya
geram, dan ikut membantu Kedua pendekar itu.
Dewi Kencanawungu yang baru
bereaksi dengan minuman ramuan yang dibuat Pendekar Macan Tidur, tiba-tiba
kepalanya seperti berputar, pandangannya kabur..samar-samar melihat Kurukatara
atau Pendekar Asmara Berujung Duka, yang juga adik dari Maharaja Cewanibuwana
terpelanting jauh, saat mendapatkan ilmu dari jarak jauh yang di keluarkan
salah satu penyerang, yaitu pendekar Gagak Hitam, tidak lain adalah musuh
bebuyutan perguruan mereka, tapi juga kakak kandung Pendekar Macan Tidur tapi
mereka beda ayah. “Sialaaaan..penghianat kau kakandan, ah bajingan! Macan
terkutuk!” Maki Dewi Kencanawungu, namun dia tak bisa berfikir dan bergerak
lebih lincah lagi. Reaksi ramuan racun yang sudah di campurkan dengan ramuan
sakti Bunga Melati dan garam, sudah menyebar dalam tubuhnya.
“Kencanawunguuuuu…bersenyembunyiiiiii..”
terdengar suara Kurukatara dari kejauhan, dan Dewi sudah tidak sadar lagi. Tapi
untunglah ada seorang warga langsung menariknya ke dalam rumah warga.
Sementara Pendekar Asmara
Berujung Duka, tak bisa di selamatkan lagi. Ajian dari Pendekar Gagak Hitam
terlalu kuat dan tubuhnya yang sudah lemah tak bisa menangkis serangan itu.
Kurukatara tergeletak di tanah begitu saja, dengan seluruh bagian tubuhnya
berwarna biru. Setelah itu Pendekar Gagak Hitam menghunuskan pedangnya sendiri
ke tubuhnya. Dan pengikut-pengikutnya mulai berlari menjauh saat melihat warga
yang berduyun-duyun datang membawa pertolongan untuk pendekar Asmara Berujung
Duka.
Di dalam istana, Sutan Batu Giok
juga mendapatkan serangan dari bawahan-bawahan raja. Penghuni kerajaan yang
jujur berusaha untuk mempertahanakn kerajaan, mereka semua melawan Batu Giok.
Sehingga Batu Giok merasa tersudut dan terbunuh atas kelakuannya sendiri, yaitu
terjatuh dari kuda yang di tungganginya, saat berlari dari kejaran orang-orang
kerajaan. Sutan Batu Giok terinjak-injak kaki kuda. Dia tidak mampu berdiri
lagi, pada saat yang tepat Putri dari Maharaja Cewanibuwana menghunuskan pedang
ke dadanya.
Maharaja masih saling serang
dengan Pendekar Macan Tidur. Dan kali ini Macan Tidur yang sudah tersulut emosi
dan juga hati yang busuk kehilangan control jurus-jurus dan ilmu yang selama
ini di pelajarinya. Karena dia sama
sekali tidak mengetahui, bahwa setinggi-tingginya ilmu yang dia dapat dari
gurunya, tidak akan berfungsi lagi, jika seorang pendekar itu mempunya hati
busuk, bukan untuk menolong rakyat-rakyat atau orang-orang yang kesusahan dari
perompak-perompak di negeri mereka, tapi melainkan menghancurkan kerajaan
dimana dia bisa hidup, terutama, sang Raja adalah kakak seperguruan mereka.
Sang Maharaja hampir kehilangan kendali hampir membunuh Pendekar Macan Tidur,
jika dia tidak ingat kedua adik seperguruannya yang sedang terancam juga.
“Katakan padaku Cati,
Katakan..apa yang kau lakukan! Katakan”
“Kakanda Maharaja..bunuhlah aku,
aku tidak akan mengatakannya!”
Cusshhh.. Darah mengalir dari
tubuh Pendekar Macan Tidur. “Maafkan aku kakanda…akhghh!!”
“Persetan denganmu!” Maharaja
langsung berlari keluar rumah Cati, melihat kuda yang terikat di pohon milik
Cati, dia langsung menaikinya dan pergi kea rah Kota Raja.
Setelah dua hari dari peristiwa
itu, Maharaja sudah kembali ke kerajaan, Dewi Kencanawungu selamat tapi
terlihat depresi saat menghadiri pemakaman Pendekar Asmara Berujung Duka.
Maharaja Cewanibuwana menyerahkan jabatannya kepada Putrinya, Maharaja membuat
peraturan baru, semua rakyat tidak di haruskan membayar upeti kepada raja.
Mereka hanya perlu menjaga satu sama lain dari serangan-serangan pemberontak
yang ingin menghancurkan Kota Raja.
End.
Melly
Wih keren. Kereeeeeen.....
ReplyDeleteHehehehe... Maharaja Cewanibuwana apa Cemanibuwana? Asyik ceritanya. :mrgreen:
ReplyDeleteSalam persahablogan,
@wkf2010 ;)
hadeeuuh..ini nih yg bikin aku gak bisa mencerna cerita pendekar2 silat. Nama2nya susah di hapal..haha
Deletemaapken :D
wow makasih Meli. lanjutannya keren. keren banget!
ReplyDeletegrup kitalah yg akhirnya tamat duluan
makasih kang.. awal ceritanya jg keren, jadinya enak ngelanjutinnya..hehe
Deletenaru abis baca lagi
ReplyDelete