Friday, 8 April 2011

Nyaris Masuk Jurang

Postingan ini adalah, postingan tamu pada Blogcamp milik Pakdhe Cholik

#
Pengalaman waktu sekolah adalah hal yang tidak akan pernah kita lupakan sampai kapanpun dan dimanapun.
Dari SD sampai SMP sekolahku di kampung.
Pulang pergi jarak yang kutempuh dari rumah ke sekolah saat SMP sekitar 9 km menggunakan transportasi sepeda, jangan ditanyakan capeknya saat waktunya pulang sekolah, terik matahari jam 2 siang kadang bikin otak mendidih (lebay). Tapi menikmati konvoi ramai-ramai dengan teman-teman yang lain menggunakan sepeda itu, sungguh pengalaman yang tidak akan pernah aku lupa. Bahkan kadang ketika pulang sekolah hujan, sampai rumah baju kami sudah kering, pagi-pagi sudah berkeringat sampai sekolah malah mengantuk hehe. Yah karena memang 80% siswa SMP disekolahku dulu menggunakan sepeda, termasuk beberapa guru yang mengajar dari kampung, kecuali yang datang dari kota.

Jalan yang kami tempuh bukan jalan aspal yang mulus, aspal hanya beberapa yang melekat, jika musim panas kami harus menutup hidung menghindari debu, saat musim hujan kami menghindari jalanan yang becek dan itu juga selama perjalanan kami akan melewati satu tempat sepi yang rawan kecelakaan dan kejahatan. Belum lagi jurang dan sungai yang curam. Peternakan Babi yang terkenal angker, 2 tebing tinggi yang jika kami melewatinya musti menggandeng sepeda itu kalau tidak mau tergelincir dan masuk sungai. Kalau cuaca hujan ketika melewati tempat seram itu biasanya kami berteduh di sebuah pondok di kebun Jeruk milik petani setempat yang tidak di pagar.
Tapi nggak semua jalan seperti itu, kami juga akan melewati perkampungan yang lain yang cukup ramai, pasar dan beberapa sekolah-sekolah dasar.
Waktu 3 tahun sekolah tidak semua kami lewati dengan bersepeda, orang tua kami cukup bijaksana untuk mencari alat transportasi lain agar kami tidak kelelahan, mobil adalah solusi terbaiknya. Kami menyewa mobil untuk antar jemput sekolah dengan system abonemen, waktu itu dikampungku ada sekitar 16 orang siswa dari mulai kelas satu sampai kelas tiga, nggak setiap hari kami menggunakan antar jemput mobil itu, karena kalau mobilnya sedang mogok kami terpaksa menggunakan sepeda lagi. Atau kalau mobilnya tidak bisa menjemput kami saat pulang sekolah, terpaksa kami menunggu tumpangan kendaraan lain yang kebetulan lewat, yang kebanyakan adalah truk-truk pengangkut bata merah atau hasil panen dari petani-petani kampung. Dan kalau memang sampai sore tidak ada kendaraan tumpangan yang lewat, kami harus berjalan kaki sampai rumah. Dan itu menurut kami adalah sebuah prestasi diatas kelelahan. Kami menjalani dengan have fun sekali (masih terbayang tingkah kekanak-kanakan kami dijalan, saat hujan adalah saat terindah..ah jadi kangen..hiks )
Kami memilih Sekolah yang cukup jauh itu bukan berarti tidak ada Sekolahan yang lebih dekat dengan tempat tinggal kami, tapi para orang tua kami memilihkan sekolah tersebut karena kualitas dan cara mengajar guru-guru di SMP itu sangat baik dan banyak ekstrakulikuler untuk siswanya. Walaupun dikampung, para orang tua kami cukup cerna menjadi sarana pendidikan untuk anak-anaknya, atas rekomendasi beberapa alumni juga kami memilih sekolah itu. Terutama karena Sekolah ku itu adalah SMP Negeri di Kecamatan Natar tempatku tinggal, Kabupaten Lampung Selatan.
Ada satu kejadian yang aku bilang nggak akan pernah lupa.
Saat itu aku kelas 2 SMP pada tahun 1999 dan teman-teman lainnya dari kampungku juga beberapa adik dan kakak kelas. Kami sudah menggunakan jasa antar jemput sekolah pakai mobil, mungkin karena mobilnya sudah agak tua saat melewati jalanan curam yang aku ceritakan diatas mobilnya mogok. Ada beberapa teman laki-laki yang juga karena di dalam mobil nggak muat, mereka naik ke atas atapnya.
Kejadiannya diluar perkiraan kami, ketika mobil menanjak mobil meraung-raung karena tidak kuat dan mungkin juga karena kelebihan beban. Sebagian penumpang turun tapi ada beberapa yang bertahan. Aku sendiri termasuk orang yang bertahan dalam mobil, karena kalau aku turun takutnya sebelum aku turun mobilnya malah mundur kebawah/belakang. Dan itu lebih berbahaya. Alhasil sampai mobilnya bener-bener nggak kuat menanjak dan mobil ditahan dengan rem agar tidak muncur, kami semua turun dengan hati-hati. Tapi sebelum semua temen-temenku yang lain turun mobil-mobil kehilangan kendali dan tiba-tiba mundur, terus dan terus.
Kami semua menjerit dramatis dengan kejadian itu, aku lupa apa yang aku pikirkan dan teman-teman lainnya saat kejadian. Kami mencoba mendorong mobil itu tapi apalah daya kekuatan anak-anak smp seumuran kami waktu itu, dan yang lebih parahnya lagi teman-teman kami yang laki-laki malah melarikan diri dari tempat kejadian ( yang aku tau setelah keesokan harinya kami tanyakan mereka mengatakan lari karena ketakutan dan panik, mereka pikir cuma mereka yang takut dan panik? ) kami marah-marah. “ laki-laki macam apa kalian!!! ” dan kalau pas pulang ke Lampung ngobrol dengan beberapa teman semasa SMP dulu, aku suka keceplosan sambil becanda
“ Dasar nggak tau malu..hehehe “
Kami nggak kuat, mobilpun nggak kuat akhirnya bener-bener mundur dan hampir masuk jurang, yang membuat kami makin cemas sopir dan beberapa temanku masih ada yang didalam mobil. Tapi Alhamdulillah syukur, Allah masih melindungi kami semua mobil itu tersangkut pada sebuah pohon yang sudah tumbang, dan esoknnya setelah kami perhatikan secara seksama setelah kejadian, pohon itu sudah rapuh sekali di pinggir tebing.
Kami membantu mencari bantuan warga yang kebetulan ada disitu. Tapi karena menarik mobil dengan alat manual atau mendorongnya dari bawah akan lebih berbahaya. Susah sekali, dari tebing yang curam si sopir menunggu bantuan lain dari teman sopir lainnya yang membawa peralatan yang bisa digunakan.
Kami disuruh pulang, tapi karena tidak ada kendaraan yang lewat kami jalan kaki. Sebenernya cukup kasian sama si sopir yang kami tinggal untuk menjaga mobilnya, mukanya mencemaskan sekali. Tapi apa boleh buat kami harus cepet-cepet pulang untuk menginformasikan kejadian ini kepada pemilik mobil agar membantu si sopir menarik mobil dari pinggir jurang.
Kejadian itu membuat kami memilih kembali menggunakan sepeda sebagai alat transportasi, tapi 2 bulan kemudian kami mendapat abodemen mobil yang kondisinya cukup baik, namun sedikit rasa trauma kami lebih memilih turun saat mobil melewati jalan yang pernah hampir membahayakan.
Dan alhamdulillah kondisi jalan yang pernah kami lewati sekarang katanya sudah bagus, kehidupan sudah semakin canggih, kredit motor semakin murah, jadi adik-adik yang sekarang melanjutkan sekolah di SMPku dulu tidak terlalu susah seperti saat aku dan teman-temanku dulu saat bersekolah.

Note : Postingan ini aku persembahkan untuk teman-temanku pada saat SMP dulu. Miss You All ^_^

1 comment:

  1. You never forget your experiences in school life no matter what. I’m glad all of you remained safe in the incident and please don’t blame your male friends, they were only kids.

    ReplyDelete

Terima Kasih - @melfeyadin